Senin, 29 September 2008

Menyambut Hari Kemenangan

Orang bilang Idhul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam. Ketika Takbiran dikumandangkan maka segera saja terdengar suara letusan mercon kembang api yang indah. Bunga api menghiasi langit kelam dengan warna- warni yang indah nian. Sesekali suara ledakan mercon terdengar menggelegar memecah kesunyian berhari raya di pedesaan yang agak terpencil seperti ds. Pandansari- Senduro- Kab. Lumajang ini.

Ya, setahun seolah tidak terasa dan kini hari raya lagi. Muka masam atau khusut karena menahan lapar berpuasa tiba- tiba berubah menjadi ceria. Menyambut datangnya hari kemenangan dibulan yang suci. Takbir berlangsung terus- menerus nyaris sampai lebih dari tengah malam. Bedug dan kendang ditabuh bertalu- talu dengan penuh semangat.

Jumat, 19 September 2008

Keadilan Hukum yang Semu

Secara konseptual hukum kita sudah baik, namun secara operasional masih jauh dari harapan. Begitu kata salah seorang ahli hukum menegaskan dalam diskusi interaktifnya disebuah radio lokal kota Jember, kemaren. Produk hukum sudah banyak dan yang baru lahir juga terus bertambah. Tetapi mengapa keadilan masih ramai dirumorkan. Salah satunya dan bahkan terbesar disebabkan oleh karena personilnya yang tidak dapat melaksanakan dengan sebenarnya. Human eror. Walhasil masyarakat menilai ada yang tidak beres dalam proses peradilannya.

Banyak contoh kasus yang menjadi sorotan masyarakat, namun dimata awam hal itu tampak biasa- biasa saja sementara ini. Lain halnya yang dirasakan oleh pengamat dan praktisi hukum. Mereka secara sporadis melakukan diskusi- diskusi mencari dan menggali keingin tahuannya bahwa apakah kejanggalan yang dirasakan selama ini benar- benar oleh karena peradilan yang dijalankan telah berjalan dengan sebenarnya? Atau memang karena belum berjalan secara objectif? Masih dirasa semu?

Diberitakan bahwa kemandirian hakim banyak diintervensi oleh fihak- fihak yang kurang bertanggungjawab, termasuk yang mencari keadilan itu sendiri. Hakim di- iming- imingi sejumlah uang. Mengakibatkan goyahnya kemandirian yang objectif dari hakim dalam memutus perkara. Bahkan dikatakan ada semacam mafia dalam prosesnya.

Melihat gambaran sekilas yang telah dipaparkan diatas, betapa fatalnya keadaan itu karena terjadi ditengah- tengah keadaan negeri yang sedang membangun pencitraan keadilan kemanusiaan yang adil dan beradab. Padahal reformasi telah berjalan sepuluh tahunan. Masih membutuhkan berapa tahun lagi agar kita dapat terlepas dari kemelut carut marutnya pelaksanaan peraturan hukum ini? Atau memang mungkin harus semu? Karena apabila dibuat nyata akan banyak orang bersalah dan mengakibatkan cepat penuhnya penghuni Hotel Prodeo?

Sabtu, 13 September 2008

Nilai Rupiah Merosot

Mata Uang Rupiah kita merosot sampai dengan Rp.9.420,-/ Dollar AS (Harian Kompas, 13 Sept'08). Padahal harga minyak dunia sudah turun. Pasalnya menurut berita karena dipengaruhi oleh adanya ketidak stabilan perdagangan di Wall Street, AS. Apabila tembus sampai Rp. 9500,- akan dapat mengganggu kelancaran perekonomian di Indonesia, demikian diberitakan kemaren oleh Radio Pro3 RRI Program Berita Nasional.

Para Investor baik luar dan dalam negeri pada menarik uangnya kedalam Dollar. Sementara BEI sudah berupaya maksimal melakukan intervensi agar rupiah tidak terus merosot, mengalami kegagalan. Ternyata bukan saja Indonesia yang nilai mata uangnya menurun nilainya, negara- negara lainnya di Asia Tenggara juga ikut merasakan dampak tekanan kurs mata uang ini.

Semoga saja para ahli strategi keuangan kita bisa mengatasi kemelut ini, agar ekonomi kita tidak bertambah runyam. Betapa tidak kegiatan ekonomi bisa melambat karena harga- harga membubung tinggi.

Minggu, 07 September 2008

Ngobrol Santai tentang Demokrasi

Pada saat santai dua orang lelaki yang tampaknya saling akrab ngobrol masalah keadaan sosial- ekonomi yang akhir- akhir ini lebih banyak menghiasi halaman media cetak ataupun elektronika. Ujung- ujungnya diskusi santai yang lebih tepatnya disebut obrolan asal nyeplos kedua orang tersebut bermuara kepada soal pengertian 'demokrasi'.

Nama kedua orang tersebut Te dan Ag. Latar belakang pendidikan saling berbeda. Te seorang otodidak dalam banyak bidang kehidupan, dan Ag seorang jebolan Fak. Sospol- Unbraw Malang dan aktivis sebuah partai yang beraliran moderat. Mereka setiap hari saling bertemu dan pergi jalan- jalan melihat aktivitas warga disekeliling tempat tinggalnya.

Sebagai seorang aktivis dari kalangan muda Ag termasuk orang yang diperhitungkan wacananya. Hanya sayangnya dari kalangan tua kurang suka dengan wacananya yang dianggap tidak masuk akal. Dianggap terlalu berani dan terlalu melompat dari keadaan masyarakatnya. Akibatnya ketika mencalonkan diri sebagai caleg pada periode 2004 yang baru silam, Ag masuk kelompok nomor urut cadangan alias pupuk bawang.

Semisal jika membicarakan teori ekonomi misalnya, Ag memberikan contoh sistem demokrasi yang diterapkan di Amerika Serikat dimana menganut sistim dua partai, yaitu Partai Republik dan Partai Demokrat. Ag menyatakan bahwa apabila keadaan ekonomi negara merosot atau menurun maka dapat dipastikan yang memerintah adalah presiden dari Partai Republik dan apabila keadaan ekonomi negara yang sudah meningkat tinggi namun kurang terjadi pemerataan maka dapat dipastikan yang memerintah adalah presiden dari Partai Demokrat.

"Disana itu warganya rata- rata sudah memiliki Nation State yang baik, sehingga apabila ada masalah besar menimpa bangsanya maka masalah perbedaan lain dikesampingkan dahulu dan mengutamakan kepentingan bangsa. Kontribusi setiap warga nyata betul. Semua itu karena mereka sudah mapan Sumber daya manusianya," Ag menambahkan.

bersambung...