Selasa, 01 Mei 2012

Abunawas Diangkat Jadi Penasehat Raja

Dahulu kala ada seorang Raja dari negara Entah Barantah. Baginda raja ini termasuk raja yang paling ngetop. Tapi tunggu dulu ya, top apanya ya.. tidak lain adalah top tentang aksi demo rakyatnya. Terlalu seringnya aksi unjuk rasa mengecam kebijaksanaannya yang dikenal kurang pro rakyatnya. Kebijakan yang dibuat dianggap terlalu melindungi kepentingan asing.

Menurut Baginda raja, pemodal asing ini perlu dibuat kerasan tinggal dinegeri Entah Barantah yang dikendalikannya. Dengan banyaknya pemodal asing yang menanamkan investasi dinegerinya, maka peredaran uang akan berdampak positif bagi perekonomian dalam negeri. Begitulah konsep strategi bidang ekonomi yang diterapkan olehnya. Disamping itu Baginda akan semakin mendapat kemudahan dukungan finansial dari negara-negara investor, sekaligus menjadi negara pemberi hutangan.

Namun demikian para investor asing dilain fihak, mempunyai kiat-kiat tertentu pula untuk dapat secara cepat memupuk modalnya. Mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, dan pengeluaran sekecil-kecilnya. Bukankah dinegeri Entah Barantah ini tenaga kerjanya murah banget. Mengapa tidak membuka lahan disana. Lagian sumber daya alamnya yang kaya melimpah ruah. Hmm.. eman kalau tidak di kuasai dan di eksploitasi. Pasti akan mendapat keuntungan ganda dan bahkan berlipat- lipat. Demikian pikir para investor asing tersebut.

Tapi bagaimana ya cara masuk dan mempengaruhi negeri Entah Barantah ini. Oh ya, bukankah Baginda raja selalu membutuhkan uang untuk biaya operasionalnya yang terkenal royal. Haa ya.. maka para investor asingpun akhirnya masuk dengan cara ini. Segala kebutuhan finansial dicukupi. Kemudian rencana aselinya dilancarkan, yaitu membuka bisnis pertambangan. Mengeksploitasi dan mengeksflorasi kekayaan alam negeri Entah Barantah. Bisnis untuk mengeruk hasil tambang, atau menguras hasil bumi ini paling disukai para investor asing. Mereka berusaha berurat berakar dibidang ini. Termasuk bisnis minyak bumi.

Sayang keadaan tidak berlangsung lama karena, tiba-tiba kini keadan sudah berubah. Baginda raja tidak merasakan perubahan jaman yang sedang berjalan. Mungkin karena keasyikan turut mengenyam kenikmatan strategi jitu. Perubahan jaman dirasakannya berputar terlalu cepat. Rakyatnya menjadi makin sadar kalau dirinya hanya diperalat dan dijadikan korban keserakahan. Akhirnya rakyat bersatu-padu melakukan protes-protes tentang ini itu. Sang Baginda raja sampai pusing merasakan didaulat terus-menerus oleh para rakyatnya yang sebagian besar hidupnya masih sengsara dan kelaparan kekurangan pangan.

Dalam keadaan  begini Baginda raja menjadi teringat akan seorang sahabatnya yang bernama pak Abunawas. Seorang yang dikenal amat cerdik membuat kiat alasan atau dalih-dalih. Megapa tidak minta bantuan pak Abunawas saja ya.. dia kan nanti bisa kasih saran untuk bagaimana menghadapi para pengunjuk rasa yang makin berani dan sering dilakukan ini. Hah, ya! begitulah pikir Baginda raja, lalu para punggawa disuruhnya memaggil pak Abunawas untuk menghadapnya.

Disuatu pagi yang cerah, pak Abunawas datang memenuhi panggilan Baginda raja. Ia dipersilahkan duduk ngesot dihadapan raja yang duduk megah disinggasananya. "Wahai Abunawas.. tahukah engkau maksud pemamggilanmu keIstana ini?" tanya Sang Baginda raja. "Daulat Tuanku.. hamba belum tahu" jawab pak Abunawas, penuh selidik. Pikirnya, wah Baginda ini pasti akan memita pendapatnya.

Baginda raja mengambil Pipa rokok bengkongnya. Ditempelkan dibibirnya yang tampak klemis tanpa kumis. Digigitnya pipa rokok yang sudah ada tembakau didalamnya. Lalu seorang ajudan pelayan raja menyalakan pemantik antik milik raja. "Crassss'' bunyi pemantik tersebut memenuhi keheningan suasana ruangan pertemuan.raja. Asap mengepul berputar-putar membubung keudara ruang yang luas itu. Sekali lagi Sang Baginda menghisap rokoknya, lalu bertitah: "Engkau tahu sendiri Abunawas.. aku terlalu risih melihat para rakyat yang selalu berunjuk rasa itu. Maka oleh karena itu engkau sekarang kutunjuk menjadi penasehatku!" Suara Baginda terdengar mantap, sambil mata Baginda menatap tajam kemuka pak Abunawas. "Ampun Tuanku.. nasehat apakah yang Baginda perlukan Tuanku sampai mengangkat hamba menjadi penasehat?" jawab pak Abunawas dengan penuh hati-hati, sebenarnya lebih kepada sekedar basa-basi. "Begini..", kata Baginda raja. "Bagaimana cara menghadapi para pendemo yang makin menyebalkan itu? Aku ingin tidak usah repot-repot menghadapinya."

"Ooo masalah itu mah gampang sekali Baginda! Ketka mereka berdemo didepan Istana, tinggalkan saja Istana ini Baginda !!, bisa kan liwat pintu darurat. Dan pergi bersantai ketempat lain.. beres sudah!" sahut pak Abunawas dengan lancar.

"Oh.. benar sekali engkau Abunawas. Baik kalau begitu. Setiap ada demo aku akan keluar Istana dan pergi bersantai ditempat kesukaanku. Tidak rugi aku mengangkatmu menjadi penasehatku" kata Baginda sambil memanggut- magutkan kepalanya terkesan serius.

Maka sejak pak Abunawas menjadi penasehat raja, Sang Baginda kini tidak usah merasa pusing-pusing lagi menghadapinya. Cukup dengan meninggalkan Istana dan pergi ketempat lain. Hmm.. ya, Biarkan anjing mengonggong Khalifah tetap berlalu. **   

Jumat, 03 Februari 2012

Sontoloyo, Orang itu Menohok dari Belakang

Sosok lelaki berperawakan sedang itu, terlihat duduk dikursi tamu ketika Sodron tiba dirumahnya. Sorot matanya jelalatan. Ia duduk dikursi paling ujung, dibagianpojok. Sementara Mimin, isteri Sodron, bergegas memapah kedatangan Sodron dari usai kerja disuatu kantor pelayanan publik. Mimin menggandeng lengan suaminya berlagak mesra sampai kebagian belakang rumah. Dikamar belakang.

"Siapa orang itu?", tanya Sodron kepada isterinya sambil meletakkan tas kerjanya kemeja kecil. "Oh.. itu? Teman biasa, teman kerja", jawab Mimin. Suaranya agak tergagap. Ia tidak mengira kalau suaminya pulang lebih awal dari biasanya. Hatinya merasa tidak enak melihat sikap suaminya yang dingin saat bertanya, kemudian ia menegaskan lagi: "Tidak boleh tah berteman biasa?", mimiknya berubah seperti orang sedang mengharapkan suatu kerelaan. "Boleh! Siapa yang melarang", balas Sodron datar.

Sodron berganti pakaian rumah dan mengambil sebungkus rokok kretek untuk dibawa keruang tamu. Tapi tamu lelaki asing tersebut tidak ada ditempat duduknya. Lhoh! kemana orang itu?, tanyanya dalam hati. Ia melangkah kedepan rumah mencari tahu kalau- kalau mungkin ada diteras. Tidak ada juga. Ternyata diketahuinya kemudian bahwa tamu lelaki yang sedikit membuat aneh perasaan Sodron itu sedang berdiri dipojokan rumahnya. Diluar pagar. Posisinya seperi hendak mencegat Taksi untuk bergegas pulang.

Maka Sodron menyusulnya, dan menyapa sopan, katanya: "Mas.. mari silahkan masuk!", lelaki yang memakai kumis tipis itu tidak menyahuti sapaan si Sodron, ia hanya menoleh sebentar. Sementara itu Sodron kembali masuk rumah, ditemuinya isterinya dan berseru: "Aneh orang itu, ada diluar enggak mau masuk". Mimin pergi menyusul tamunya dan menyuruhnya masuk. Tidak berapa lama keduanya sudah duduk kembali dikursi tamu.

Bekerja seharian membuat tubuh Sodron capai. Ia rebahan dikamar tidurnya. Beristirahat sejenak. Akhir- akhir ini memang hubungannya dengan isterinya agak renggang. Entahlah apa sebabnya. Menurut Sodron mungkin karena si Mertuanya terlalu ikut mencampuri urusan rumah tangganya. Ada persoalan sedikit, si orang tua ikut ngomong ini dan itu. Keadaan seperti ini membuat hati Sodron tidak gembira.

Rupanya sitamu sudah minta diri, pulang. Tidak pamitan kepada Sodron. Kemudian Mimin menghampiri suaminya yang sedang lenger- lenger (termenung) diatas tempat tidurnya sambil terlentang menghadap langit- langit kamar. Suara Mimin terdengar lirih ditelinga Sodron: "Kubuatkan Kopi panas ya?", katanya sambil duduk dipinggir tempat tidur. "Ya.. dah, buatkan", Tukas Sodron sekenanya.

Hari- hari terasa cepat berlalu. Sebulan, dua bulan. Setahun dua tahun, lewat begitu saja seperti angin lewat datang dan pergi. Tidak terasa apa- apa. Keduanya terbenam dalam kesibukan sehari- hari, rutinitas rumah tangga dan kerja harian.

Pada suatu hari, disore hari. Tamu lelaki asing itu muncul lagi dirumah Sodron. Rupanya memang ia sering berkunjung dan bertemu dengan si Mimin teman biasanya, yang tapi dari gelagatnya sepertinya bukan sekedar teman biasa. Mungkin TTM begitulah, kata gaulnya. Sodron memang tidak pernah menjumpai kalau selama ini keduanya sering saling bertemu. Baru sore ini Sodron melihat sosok aneh dan celingus tersebut. Ia ogahan utuk menemuinya.

Hari berganti hari lagi.Sampai dengan suatu ketika ada seorang teman kenalan menyampaikan kabar kepada Sodron bahwa si Mimin isterinya sering kelihatan boncengan motor dijalan raya bersama seseorang laki- laki berperawakan sedang dan berkumis tipis. Menerima kabar ini, Sodron panas hatinya. Namun dihadapan teman yang mengabarinya, rasa marah itu disembunyikannya.

Sodron tidak segera menegor isterinya. Ia merasa hal- hal seperti inlah yang sering membuat pertengkaran selama ini. Ironisnya yang namanya mertuanya tetap membela putrinya yang suka main belakang. Sebagai mertua yang tinggal tidak serumah dengan Sodron pasti tidak banyak tahu perihal sikap perilaku putrinya yang sudah berkeluarga ini. Apalagi duduk persoalan yang sering terjadi. Sodron hanya menggumam sendiri katanya: "Sontoloyo, orang itu menohok dari belakang!". .   




Rabu, 01 Februari 2012

Blog Saya

Antoni - Find me on Bloggers.com

Rabu, 25 Januari 2012

Belajar Tidak Kenal Usia

Sejak pukul 08.00 pagi aku sudah menyalakan komputerku dan terhubung ke Perpustakaan Raksasa yang namanya lebih dikenal dengan Internet ini. Nyaris tidak dimatikan sama sekali. Online terus.. waouw. Entahlah kok jadi begini. Maunya hanya melihat blog sendiri saja dan membuka akun Face Book, tapi nyatanya membuka macam- macam, yang menarik untuk dipelajari.

Hari ini lebih banyak membaca tentang artikel dan tips untuk pembuatannya.Berjam- jam kuhabiskan untuk melahap habis bacaan- bacaan yang menarik bagiku. Banyak dan padat hasil yang kuperoleh. Semoga apa yang telah kubaca dapat bersarang dibenak yang sebenarnya agak lamban dalam mempelajari sesuatu.

Ternyata untuk dapat membuat tulisan yang baik itu, berat prosesnya. Tidak sekedar asal nerocos seperti sekarang aku menulis ini. Haha...

Banyak tahapan yang harus dilalui. Intinya ialah bahwa, bagaimana kita bisa membuat paragraf tulisan, alinea demi alinea yang terjalin merupakan satu kesatuan yang utuh. Bahkan ada yang menyarankan, kalau menulis itu jangan hanya menuliskan apa yang dilihat dan dirasakan. Melainkan disuruh menggambarkan! Jangan hanya ditulis.

Jadi apa yang ditulis itu harus membuat orang yang membacanya seakan melihat dan menyaksikan kejadian atau peristiwanya yang betul- betul nyata seperti aselinya. Hmm.. iya! Coba saja nanti akan kubuat sedemikian rupa seperti saran- saran yang kubaca hari ini.  

Aku rasa belajar beginian tidak kenal usia, siapapun pasti pingin bisa menulis yang baik dan menarik untuk disebut bacaan. Orang bisa asyik membacanya. Tidak mengenal bosan untuk terus menyimaknya. Iya ya.




Selasa, 17 Januari 2012

Kota Lumajang yang Anteng Kayak Klentheng

Terus terang saja, saya salut deh dengan kota pisang ini. Kota yang anteng kayak klentheng (isi buah kapuk). Kanapa saya menyebutnya kota yang anteng? Tak lain karena selama ini tidak pernah terjadi hal- hal atau kejadian yang ekstrem. Kalaupun ada, itu hanya bersekala kecil dan sangat logis, artinya apa yang diresolosi memang bener- bener kebutuhan mendasar warganya, kalau tidak nemen- nemen (keterlaluan) tidak akan ada demo oleh warga yang dirugikan.

Sebenarnya kota ini selain relatif aman dan damai, juga memiliki letak- geografis yang indah. Letaknya perpaduan antara daerah pantai selatan dan lereng pegunungan Lamongan dan Semeru. Dengan demikian hawa udaranya relatif sejuk. Apalagi masih banyak pohon- pohon besar yang masih tersisa, belum punah seluruhnya.

Bila mengingat keadaan kota Lumajang di jaman lampau, yang berkesan adalah keadaan infra struktur jalannya yang relatif mapan. Jalan aspalan dikota dan yang menghubungkan kota Lumajang dengan kecamatannya bagus- bagus, dan disebelah menyebelah ruas jalan ditumbuhi pohon rindang yang kokoh. Meski waktu itu sarana jalan desanya masih premitif, tapi orang- orang desanya nrima. Bahkan tidak mengeluh berlebihan. Memang orang Lumajang itu pada dasarnya, orang yang nrimoan (sabar dan penuh kasih) adanya. 

Situasi dan kondisi kota Lumajang yang seperti dilukiskan diatas, akan menjadikan para penguasanya, para pejabat pemerintahannya tidak terlalu perlu bekerja keras. Cukup dengan santai- santai saja. Cukup duduk dibelakang meja saja. Hanya sesekali turun lapangan untuk mengecek dan bersilaturahmi dengan warga yang ramah- ramah rada malau- malu. Pokoknya warga masyarakatnya, terutama yang tinggal didesa- desa ayem (tenteram) ritme kehidupannya, tidak suka menuntut haknya yang neko- neko (berlebihan). Asal dapur masak masih mengepulkan asapnya dan makanan telah masak untuk sehari siap, ya sudahlah. Malah kalau perlu dijam- jam produktif, seperti pada pukul 10.00 pagi misalnya, mereka yang perempuan pada petan (cari kutu kepala) dan yang laki- laki pergi bermain santai atau pergi memancing ikan.

Yah.. tapi itu keadaan kota kabupaten Lumajang yang sangat dulu sekali. Lalu bagaimana keadaan yang sekarang? Saya kira tidak terlalu jauh berbeda. Yang berbeda sekarang itu ialah sarana jalannya yang sudah pada rusak. Sehingga ditahun 2012 ini pemerintah kabupaten, membuat anggaran besar sekali untuk memperbaiki ruas- ruas jalan yang rusak dikota dan didesa. Sangat perlu diawasi bahwa para Kontraktor nakal!, yang suka bangun jalan, terutama yang jauh dari perhatian kabupaten, kualitasnya sangat buruk. Sehingga jalan belum berumur satu tahun sudah terlepas semua aspalnya. Jalan berlubang- lubang kembali dan sangat mengganggu keselamatan penggunanya.

Harapan saya sih, meskipun para pemimpin dan atau para pejabat di Lumajang itu dienakkan oleh kebiasaan tradisi kelasik orang Lumajang yang adem ayem (orang penyabar), ya.. tetaplah produktif dan inovarif. Jangan sampai situasi dan kebiasaan asal kota Lumajang terusik oleh hal- hal asing dan baru yang merugikan warga kota kabupaten yang letaknya bagai kantong lintasan lalu- lintas jurusan dari barat ketimur (Probolinggo - Jember). Semisal baru- baru ini, didaerah Yosowilangun Kidul, tepatnya didesa pesisir, Wotgalih. Perusahaan Penambang Biji Besi, tentu manajemennyalah, terkesan terlalu arogan. Penduduk pribumi yang hidupnya tenang merasa terusik karena ada hal- hal mendasar yang kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Disamping itu keseimbangan keadaan lingkugan rupanya kurang diperhatikan. Solusi yang rasional dengan memperhatikan kelestarian alam atau ramah lingkungan dan kesehatan semestinya diutamakan.

Nah, saya kira ngobrol tentang Lumajang sikota kantong, sikota pisang, dan yang seanteng klentheng ini sampai disini dahulu. Kedepan saya akan banyak menulis lagi tentang Lumajang, lebih- lebih tahun depan, 2013, yang akan ada pilihan bupati yang rupanya sudah bergaung mulai hari ini.