Rabu, 25 Januari 2012

Belajar Tidak Kenal Usia

Sejak pukul 08.00 pagi aku sudah menyalakan komputerku dan terhubung ke Perpustakaan Raksasa yang namanya lebih dikenal dengan Internet ini. Nyaris tidak dimatikan sama sekali. Online terus.. waouw. Entahlah kok jadi begini. Maunya hanya melihat blog sendiri saja dan membuka akun Face Book, tapi nyatanya membuka macam- macam, yang menarik untuk dipelajari.

Hari ini lebih banyak membaca tentang artikel dan tips untuk pembuatannya.Berjam- jam kuhabiskan untuk melahap habis bacaan- bacaan yang menarik bagiku. Banyak dan padat hasil yang kuperoleh. Semoga apa yang telah kubaca dapat bersarang dibenak yang sebenarnya agak lamban dalam mempelajari sesuatu.

Ternyata untuk dapat membuat tulisan yang baik itu, berat prosesnya. Tidak sekedar asal nerocos seperti sekarang aku menulis ini. Haha...

Banyak tahapan yang harus dilalui. Intinya ialah bahwa, bagaimana kita bisa membuat paragraf tulisan, alinea demi alinea yang terjalin merupakan satu kesatuan yang utuh. Bahkan ada yang menyarankan, kalau menulis itu jangan hanya menuliskan apa yang dilihat dan dirasakan. Melainkan disuruh menggambarkan! Jangan hanya ditulis.

Jadi apa yang ditulis itu harus membuat orang yang membacanya seakan melihat dan menyaksikan kejadian atau peristiwanya yang betul- betul nyata seperti aselinya. Hmm.. iya! Coba saja nanti akan kubuat sedemikian rupa seperti saran- saran yang kubaca hari ini.  

Aku rasa belajar beginian tidak kenal usia, siapapun pasti pingin bisa menulis yang baik dan menarik untuk disebut bacaan. Orang bisa asyik membacanya. Tidak mengenal bosan untuk terus menyimaknya. Iya ya.




Selasa, 17 Januari 2012

Kota Lumajang yang Anteng Kayak Klentheng

Terus terang saja, saya salut deh dengan kota pisang ini. Kota yang anteng kayak klentheng (isi buah kapuk). Kanapa saya menyebutnya kota yang anteng? Tak lain karena selama ini tidak pernah terjadi hal- hal atau kejadian yang ekstrem. Kalaupun ada, itu hanya bersekala kecil dan sangat logis, artinya apa yang diresolosi memang bener- bener kebutuhan mendasar warganya, kalau tidak nemen- nemen (keterlaluan) tidak akan ada demo oleh warga yang dirugikan.

Sebenarnya kota ini selain relatif aman dan damai, juga memiliki letak- geografis yang indah. Letaknya perpaduan antara daerah pantai selatan dan lereng pegunungan Lamongan dan Semeru. Dengan demikian hawa udaranya relatif sejuk. Apalagi masih banyak pohon- pohon besar yang masih tersisa, belum punah seluruhnya.

Bila mengingat keadaan kota Lumajang di jaman lampau, yang berkesan adalah keadaan infra struktur jalannya yang relatif mapan. Jalan aspalan dikota dan yang menghubungkan kota Lumajang dengan kecamatannya bagus- bagus, dan disebelah menyebelah ruas jalan ditumbuhi pohon rindang yang kokoh. Meski waktu itu sarana jalan desanya masih premitif, tapi orang- orang desanya nrima. Bahkan tidak mengeluh berlebihan. Memang orang Lumajang itu pada dasarnya, orang yang nrimoan (sabar dan penuh kasih) adanya. 

Situasi dan kondisi kota Lumajang yang seperti dilukiskan diatas, akan menjadikan para penguasanya, para pejabat pemerintahannya tidak terlalu perlu bekerja keras. Cukup dengan santai- santai saja. Cukup duduk dibelakang meja saja. Hanya sesekali turun lapangan untuk mengecek dan bersilaturahmi dengan warga yang ramah- ramah rada malau- malu. Pokoknya warga masyarakatnya, terutama yang tinggal didesa- desa ayem (tenteram) ritme kehidupannya, tidak suka menuntut haknya yang neko- neko (berlebihan). Asal dapur masak masih mengepulkan asapnya dan makanan telah masak untuk sehari siap, ya sudahlah. Malah kalau perlu dijam- jam produktif, seperti pada pukul 10.00 pagi misalnya, mereka yang perempuan pada petan (cari kutu kepala) dan yang laki- laki pergi bermain santai atau pergi memancing ikan.

Yah.. tapi itu keadaan kota kabupaten Lumajang yang sangat dulu sekali. Lalu bagaimana keadaan yang sekarang? Saya kira tidak terlalu jauh berbeda. Yang berbeda sekarang itu ialah sarana jalannya yang sudah pada rusak. Sehingga ditahun 2012 ini pemerintah kabupaten, membuat anggaran besar sekali untuk memperbaiki ruas- ruas jalan yang rusak dikota dan didesa. Sangat perlu diawasi bahwa para Kontraktor nakal!, yang suka bangun jalan, terutama yang jauh dari perhatian kabupaten, kualitasnya sangat buruk. Sehingga jalan belum berumur satu tahun sudah terlepas semua aspalnya. Jalan berlubang- lubang kembali dan sangat mengganggu keselamatan penggunanya.

Harapan saya sih, meskipun para pemimpin dan atau para pejabat di Lumajang itu dienakkan oleh kebiasaan tradisi kelasik orang Lumajang yang adem ayem (orang penyabar), ya.. tetaplah produktif dan inovarif. Jangan sampai situasi dan kebiasaan asal kota Lumajang terusik oleh hal- hal asing dan baru yang merugikan warga kota kabupaten yang letaknya bagai kantong lintasan lalu- lintas jurusan dari barat ketimur (Probolinggo - Jember). Semisal baru- baru ini, didaerah Yosowilangun Kidul, tepatnya didesa pesisir, Wotgalih. Perusahaan Penambang Biji Besi, tentu manajemennyalah, terkesan terlalu arogan. Penduduk pribumi yang hidupnya tenang merasa terusik karena ada hal- hal mendasar yang kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Disamping itu keseimbangan keadaan lingkugan rupanya kurang diperhatikan. Solusi yang rasional dengan memperhatikan kelestarian alam atau ramah lingkungan dan kesehatan semestinya diutamakan.

Nah, saya kira ngobrol tentang Lumajang sikota kantong, sikota pisang, dan yang seanteng klentheng ini sampai disini dahulu. Kedepan saya akan banyak menulis lagi tentang Lumajang, lebih- lebih tahun depan, 2013, yang akan ada pilihan bupati yang rupanya sudah bergaung mulai hari ini.