Selasa, 19 Agustus 2008

Figur Pemimpin Mendatang

Setiap hari nyaris kita mendengar orang- orang disekitar kita membicarakan masalah siapa dan bagaimana figur pemimpin kita mendatang. Pembicaraan tidak dimonopoli orang- orang elit tertentu saja, melainkan dihampir semua lapisan masyarakat, termasuk lapisan kelas bawah.

Ambil contoh yang nyata saja; jika kita berjalan- jalan dan mampir diwarung- warung kopi atau pojok- pojok tempat jualan lainnya, maka sering secara tidak sengaja kita akan menyaksikan dan mendengarkan orang awan disitu pada bicara soal- soal kehidupan sehari- hari, seperti keadaan sosial ekonomi yang mendera mereka yang ujung- ujungnya sampai kepada pembicaraan perihal yang berbau kebijaksanaan politik negara.

Keadaan sosial ekonomi rakyat yang sekarat mengusik kaum cilik untuk serba bisa dalam pembicaraan segala bidang. Terkadang dalam keadaan kepepet rakyat dapat menjadi cerdas dan kreatif untuk hal- hal diluar kemampuannya. Mungkin inilah yang disebutkan bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan.

Bicara soal kepemimpinan mari kita simak pendapat (opini) salah seorang aktivis kalangan muda yang cukup rasional dari kota Jember. Ia mengatakan bahwa seorang pemimpin yang dibutuhkan dimasa mendatang haruslah bersifat 'transformatif' yang sedikitnya memenuhi empat syarat dasar, yaitu pertama memiliki intelektualitas yang baik, kedua memiliki change of situation, ketiga memiliki sifat futuristik atau visioner dan keempat bisa memperhatikan dan mengadaptasi aspirasi grassroot yang diwakilinya. Ditambahkannya pula bahwa pemimpin sekarang kurang memiliki hal- hal tersebut diatas. Kebanyakan gaya kepemimpinan yang dibawakannya bersifat 'transaksional.' Koncoisme dan mementingkan kepentingan golongan atau diri sendiri.

Lebih jelasnya bahwa kenyataan kepemimpinan sekarang cenderung relatif ditolak oleh generasi muda, para aktivis gerakan pemikiran untuk menuju jaman pencerahan yang lebih cerah dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. Alasannya kebijakan banyak yang kurang memihak rakyat. Menolak kepemimpinan yang status quo. Namun tidak berarti meninggalkan apa yang sudah disumbangkan oleh generasi sebelumnya, tetapi naif katanya bila hanya menelan mentah dan menganut pada satu sumber saja; semua harus terjadi dan berkembang dengan wajar semata- mata lebih disebabkan oleh kenyataan bahwa sejarah selalu progresif dan bergerak maju. Jadi sangat dinamis, selalu mengalami perubahan terus menerus.



tunggu posting lanjutan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat Anda?