Jumat, 23 Januari 2015

Antara Naik Turunnya Harga BBM dan Kepanikan Masyarakat

Ketika diawal Januari 2015 lalu BBM Subsidi dinaikkan harganya oleh pemerintah, masyarakat hanya bisa mengusap dada. Misalnya seperti Premium yang tadinya Rp.6500,- dinaikkan menjadi Rp.8500,- per liter. Lalu harga di Kios-kios eceran dijual antara Rp.9000,- sampai dengan Rp.10.000,- per liter. Dan stok atau distribusi BBM kadang langka yang akibatkan paniknya masyarakat. Bila distribusi BBM datang lain lagi masalahnya, yakni terjadi antri panjang si SPBU.

Harga-harga sembilan bahan pokok (Sembako) dan ongkos angkutan (Transportasi) umum ikut merambat naik. Masyarakat harus menyesuaikan diri dengan harga-harga Sembako dan BBM yang relatif mahal. Yang penghasilan pas-pasan kudu mengencangkan ikat pinggang rapat-rapat. Makan tiap hari sambil dihantui kekhawatiran sewaktu-waktu kehabisan bahan dan belum bisa membelinya kembali. Hahahh...

Padahal setelah dikeluarkannya kebijakan untuk menaikkan BBM bersubsidi, tidak lama kemudian dalam hitungan hari harga minyak mentah dunia menurun drastis. Sedangkan harga di dalam negeri malah kebalikannya menaik harganya. Keadaan yang timpang inilah kemudian pemerintah mendapatkan kritik-kritik pedas dari berbagai kalangan. Sempat menjadi polemik. Untuk mengatasi gejolak atau kegelisahan atau kepanikan masyarakat lalu ada upaya-upaya untuk menjelaskan dan memberi motivasi kepada masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah dengan mengatakan bahwa jangan takut membeli BBM mahal seperti orang di Papua itu. Pokoknya penyuluhan itu tujuannya untuk mengubah anggapan masyarakat tentang harga BBM yang mahal menjadi hal biasa yang perlu dihadapi.

Oleh karena harga minyak dunia sampai dengan minggu kedua bulan Januari 2015 menunjukkan penurunan terus, maka ada wacana pemerintah untuk menurunkan kembali harga satuan BBM bersubsidi. Ternyata memang benar pada beberapa hari lalu, harga diturunkan. Harga Premium Rp.8500,- diturunkan kembali menjadi Rp.6600,- per liter. Sampai disini masyarakat agak kaget juga mendengarnya, karena tadinya tidak menyangka akan secepat itu turunnya. Tapi namanya BBM turun harga, ya kagetnya itu cepat berubah menjadi semacam kegembiraan dan kelegaan rasa yang selama ini merasa tertekan juga dengan isu-isu BBM ini. Maka sampai dengan hari ini catatan ini dibuat harga tetap turun lagi, yaitu Rp.6600,- per liter utk Premium.

Namun kenyataannya, dengan harga yang sudah diturunkan ini yang semestinya bisa menjadi suatu penghiburan bagi masyarakat umum pengguna BBM untuk kegiatannya sehari-hari, belum merasakan kegembiraan tersebut. Loh.., ada apa? Pasalnya adalah walau BBM harganya turun pada hari pertama dan kekdua diturunkan sulit membelinya. Lantaran harus antri panjang di SPBU- SPBU. Bahkan ada beberapa SPBU sampai kehabisian stok. Wahh.. terpaksa kalau ingin tangki kendaraan terisi cepat harus mencari ditempat lain. Spekulasi ke kios-kios kecil. Tapi ya begitu, harganya jadi tidak murah lagi, bahkan bisa mencapai Rp.9000,- sampai dengan Rp.10.000,- per botol/liter. Hahaha.. dinaikkan dan diturunkan harga BBM tetap membelinya dengan harga tidak sewajarnya. Apa hendak dikata, yah dilakonin aja!

Nah.., sekarang yang akan saya omongkan disini adalah kabar tentang wafatnya Raja Kerajaan Arab Saudi, Abdullah Bin Abdulazis kemarin tanggal 23 Januari 2015. Berkaitan dengan kabar duka ini, diisukan kabar bahwa minyak dunia naik lagi. Wah masalahnya untuk didalam negeri ini, apakah nanti akan secepat dinaikkan atau diturunkan lagi harga BBM-nya ya. Mengingat keterangan dari pemerintah bahwa harga BBM akan mengikuti tren pasar.

Demikianlah catatan kecil ini saya buat di Blog sederhana ini. Semoga bisa membantu mengingat cerita tentang isu BBM di negeri ini. Catatan ini sewaktu-waktu saya edit untuk menyesuaikan detail yang mungkin belum sempat saya tulis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana pendapat Anda?